Enjoy Your Visit

This just an ordinary page, but sometimes the ordinary may be is the extra ordinary one. So, share your pleasant to be here...

Just like football, we are always focusing in chasing our goal, no matter what will we face, just go forward, go straight reaching our goals, reaching our future. Every step we make, will lead us to our goal gate, and finally we reach our dream.

Jumat, 25 Maret 2011

Demonstrative Strategy In Learning

Latar Belakang
Pendidikan, dalam beragam cara dan bentuknya, selalu bermuara pada satu tujuan umum, yaitu terjadinya proses transfer informasi beserta ilmu pengetahuan. Dunia pendidikan pun melahirkan beragam cara dan upaya, agar proses-proses tersebut di atas belangsung secara efisien dan optimal. Meski demikian, dunia pendidikan tetap saja menghadapi beragam kendala serta problem dalam mencapai tujuan yang diinginkan, dikarenakan bukan saja karena sistem kependidikan itu sendiri menerapkan perangkat-perangkat yang mengharusan sebuah tujuan kependidikan itu tercapai dalam bingkai waktu tertentu (para praktisi pendidikan umumnya menamainya kurikulum), akan tetapi juga dunia kependidikan kita juga diperhadapkan dengan pemukul-rataan cara mendidik terhadap karakter belajar yang -sangat boleh jadi- berbeda, yang tentunya (karena perbedaan ini) melahirkan hasil belajar yang beragam pula. Kedua masalah krusial ini, disadari atau tidak, akan menjadi penghambat dalam usaha mencapai proses pendidikan yang optimal dan efisien tadi.
Dunia kependidikan kita mencoba menyiasatinya dengan menerapkan sesuatu yang kita sebut strategi mengajar. Strategy, dalam berbagai literatur, umumnya berarti siasat, atau rencana yang diterapkan dalam memecahkan masalah dan mencapai tujuan. Demikian pula dengan strategi mengajar. Ia adalah seperangkat tahap tahap mengajar yang dirancang sedemikian rupa (sistematis) untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Ada beragam strategi yang telah dikenal dalam dunia kependidikan kita dewasa ini, terkhusus pada mata pelajaran Bahasa Inggris, dimana strategi-strategi ini sangat memegang peranan dalam menentukan keberhasilan seseorang dalam mengajar. Salah satu strategi yang dapat kita aplikasikan dalam mengajar adalah Demonstrative Strategy. Teori ini diperkenalkan oleh Albert Bandura (1986), seorang pakar social learning, atau observational learning.
Sesuai namanya, strategi ini adalah penggunaan pendekatan demonstratif dalam mengajar. Intinya adalah pemanfaatan observasi dan imitasi (peniruan) dalam proses transfer pengetahuan serta informasi yang berlangsung di kelas. Meski sangat tradisional, namun strategi ini relatif efektif dalam mencapai tujuan pendidikan yang efisien serta optimal.
Tujuan Utama dari Demonstrative Strategy
Secara singkat, tujuan utama yang diharapkan tercapai dari pengaplikasian strategi ini adalah megenalkan pengetahuan dan atau skill (keterampilan) baru terhadap anak didik melalui observasi dan imitasi (peniruan). Strategi ini dapat diaplikasikan di hampir tiap jenis mata pelajaran, olah raga, ilmu sosial, matematika, musik, dan bahasa. Terlebih untuk aspek-aspek Bahasa Inggris seperti writing, spelling, reading comprehension dan lain-lain, materi ini sangat umum dan hampir selalu digunakan, karena untuk materi bahasa kedua semacam Bahasa Inggris, hampir dapat dipastikan bahwa anak didik akan kurang mampu memahami dengan baik jika yang digunakan hanya metode pendidikan biasa. Materi ini juga amat cocok untuk anak didik usia dini.
Prosedur Pengaplikasian Demonstrative Strategy
Adapun prosedur pengaplikasian dari Demonstrative strategy adalah sebagai berikut:
• Scene setting. Ini adalah tahap pertama dari pelaksanaan sebuah strategi mengajar demonstratif. Kelas, situasi maupun kondisinya, harus dibuat sedemikian rupa sehingga memungkinkan strategi ini dilaksanakan. Atau dengan kata lain, pengaturan suasana dan kondisi kelas harus memungkinkan semua siswa atau anak ddik dapat melihat serta mendengarkan dengan baik saat proses demonstratif berlangsung nantinya.Tahap pertama ini juga mungkin berhubungan dengan apa yang sudah diajarkan pada anak didik sebelumnya, serta mungkin dijadikan alat untuk menarik minat dan rasa tertarik mereka.
• Explaining dan demonstrating materi. Pada segmen ini, yang membawakan strategi ini harus: (1) Terlihat segar dan antusias; (2) Menjelaskan serta mendemonstraskan tiap step yang diajarkan dengan jelas; (3) Sesering mungkin memeriksa, sejauh mana tingkat pemahaman, serta keseragaman pemahaman siswa atas apa yang telah dijelaskannya, melalui metode feed-back dan key teaching point; dan (4) Memastikan bahwa semua siswa atau anak didik dapat melihat dengan jelas dan mendengarkan serta, jika memungkinkan melibatkan mereka dalam proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.
• Practising under teacher feed-back. Dalam sesi ini, di bawah pengawasan guru, para siswa atau anak didik kemudian diajak untuk mempraktekkan sendiri kemampuan atau content (pengetahuan) baru itu. Guru harus memeriksa, membimbing, dan menemani, serta membantu para anak didik selama proses ini berlangsung. Sedapat mungkin, kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam kelas selama proses ini berlangsung harus dikoreksi guru, jika perlu dengan pengulangan proses explaining dan demonstrating seperti sebelumnya.
• Reviewing. Setelah semua prosedur di atas terlaksana, maka yang terakhir dilakukan adalah me-review apa yang telah diajarkan pada anak didik. Jika memungkinkan, persentuhkan apa yang baru saja mereka pelajari itu kepada hal-hal dalam situasi real-life. Pengembangan konteks materi atau skill yang baru saja dipelajari itu kepada konteks dengan skala lebih besar mungkin saja dilakukan.
Landasan Teori
Materi ini jika dianalisis sebenarnya berangkat dari teori Social Cognitive, yang penekanannya terhadap makna proses internal, mental manusia. Karena belajar sesungguhnya adalah sebuah proses mental, dan bukan behavioral, hingga terjadinya proses transformasi pengetahuan dari seseorang dengan orang lain. Dan teori kognitif menyatakan peristiwa “belajar” sebagai peristiwa berpindahnya ilmu pengetahuan dari seseorang ke orang lain melaui proses mengamati dan melihat orang lain. Sepintas, yang nampak adalah proses jasmaniah, seperti writing, reading, pronouncing, tapi bagaimana seseorang dapat melakukkan hal yang ‘sama’ dengan yang sebelumnya dilihatnya dilakukan orang lain, itu adalah akibat dari proses psikologis yang menyebabkan seseorang mampu melakukan semua itu.
Prinsip Dasar
Beberapa prinsip dasar yang harus dijadikan pedoman oleh guru dalam pengaplikasian strategi demonstratif di kelas adalah:
• Aktifitas belajar harus sedapat mungkin mampu mengakomodir ragam usia, kapabilitas, ketertarikan, dan kebutuhan siswa
• Materi yang diajarkan harus benar-benar terjelaskan scara clear, tahap-tahap yang mudah dimengerti, beserta istilah istilah yang tak rumit
• Demonstrasi dalam beragam cara sebaiknya dilakukan jika memungkinkan
• Pastikan semua anak didik dapat memperhatikan subjek demonstrasi (guru) dengan jelas, serta dapat mendengarkan penjelasan dengan baik
• Sedapat mungkin libatkan mereka selama proses berlangsung, jangan jadikan mereka sekedar ‘penonton’, penerlibatan (involvement) sangat mempercepat pemahaman anak didik terhadap materi yang diajarkan.
Keunggulan dan Kekurangan Demonstrative Strategy
Strategi demonstratif sangat unggul karena sifatnya yang fleksibel, dapat digunakan di hampir semua jenis mata pelajaran, seperti olah raga, ilmu sosial, matematika, musik, dan bahasa. Terlebih untuk aspek-aspek Bahasa Inggris seperti writing, spelling, reading comprehension dan lain-lain, materi ini sangat umum dan hampir selalu digunakan, karena metode demonstratif adalah metode umum dan umumnya digunakan dalam mengajar.
Yang menjadi kendala adalah bahwa karena sifatnya yang amat terencana serta monoton, strategi ini cenderung menutup mata terhadap potensi belajar kreatif yang dimiliki oleh anak didik. Jika pengaplikasiannya berlangsung ditangan seorang guru yang kurang kreatif dalam membawakan suatu materi, maka pelajaran akan merlangsung membosankan dan monoton. Untuk mengcover ini, guru harus mampu kreatif dalam membawakan materi-materi seperti ini, agar anak didik tak merasa bosan di dalam kelas, serta mengikuti materi yang sedang berlangsung dengan antusias.

Rencana Pembelajaran
Berikut contoh rencana pembelajaran yang mungkin dilkakukan dengan pendekatan demonstratif:
Rencana Pembelajaran
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Kelas : 3 SMU
Topik : Memperkenalkan perbedaan penempatan stressing dalam pronounciation antara verb dan noun.
Media : Audiotape dan textbook disertai tape casette (optional)
Waktu : 09.00-19.50 (50 menit)
Tujuan Pembelajaran : Siswa mampu mengucapkan (pronoun) kata-kata Bahasa Inggris, dan menempatkan stressing dengan benar.
Siswa mampu membedakan penempatan stressing antara verb dan noun.
Persiapan : Guru menanyakan kata-kata dalam Bahasa
Inggris yang dapat berfungsi sebagai verb, tapi juga dapat berfungsi sebagai noun, seperti support, research, dan lain-lain.
Prosedur : Guru mendemonstrasikan penempatan stressing dengan menggunakan media audiotape terlebih dahulu.
Selanjutnya, guru mengulanginya dengan mengucapkan sendiri kata-kata dalam tape tadi, dan meminta beberapa orang siswa (yang dinilai mahir) mengikutinya.
Guru lalu meminta siswa mengucapkan sendiri kata-kata yang disebutkan dalam audiotape. (jika siswa merasa kesulitan, guru dapat memutarkan kembali audiotape, kemudian meminta mereka menyimaknya. Proses ini dapat terjadi berulang kali tergantung kebutuhan dan alokasi waktu.
Kegiatan akhir : Guru meminta siswa untuk membuat percakapan yang memuat kata-kata yang dapat berfungsi sebagai verb juga noun.
Penutup : Guru menutup materi, dan memberi tugas kepada siswa untuk menuliskan 10 kata Bahasa Inggris yang berfungsi baik verb ataupun noun.

Metode Demonstrasi
Demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya seka¬dar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan un¬tuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
1. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi
Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi memiliki beberapa ke¬lebihan, di antaranya:
1. Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dije¬laskan.
2. Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
3. Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempat¬an untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran.
Di samping beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki be¬berapa kelemahan, di antarannya:
1. Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tan-pa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menye¬babkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk mengha¬silkan pertunjukan suatu proses tertentu, guru harus beberapa kali menco¬banya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan waktu yang banyak.
2. Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang mema¬dai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.
3. Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Di samping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.
2. Langkah-langkah Menggunakan Metode Demonstrasi
a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan:
1. Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses de¬monstrasi berakhir.
2. Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dila¬kukan.
3. Lakukan uji coba demonstrasi.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Langkah pembukaan.
Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperha¬tikan, di antaranya:
1. Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat mem¬perhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.
2. Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.
3. Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa, misal¬nya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi.
2) Langkah pelaksanaan demonstrasi.
1. Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang sis- wa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaanpertanyaan yang me¬ngandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memper¬hatikan demonstrasi.
2. Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan.
3. Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa.
4. Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.
3) Langkah mengakhiri demonstrasi.
Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu di¬akhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demons¬trasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses de¬monstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.

SIX SIGMA

Six Sigma VS TQM
Perbedaan Six Sigma dan Total Quality Management (TQM)
Thomas Pyzdek, seorang konsultan implementasi Six Sigma dan penyusun buku "The Six Sigma Handbook", pada bulan Februari 2001, menjelaskan adanya perbedaan penting antara Six Sigma dan TQM yaitu, TQM hanya memberikan petunjuk secara umum (sesuai dengan istilah manajemen yg digunakan dalam TQM). Petunjuk untuk TQM begitu umumnya sehingga hanya seorang pemimpin bisnis yg berbakat yg mampu menterjemahkan TQM dalam operasional sehari-hari. Secara singkat, TQM hanya memberikan petunjuk filosofis tentang menjaga dan meningkatkan kualitas, tetapi sukar untuk membuktikan keberhasilan pencapaian peningkatan kualitas.

Kemudian konsep Total Quality Control, di tahun 1950, menunjukkan bahwa kualitas produk bisa ditingkatkan dengan cara memperpanjang jangkauan standar kualitas ke arah hulu, yaitu di area engineering dan purchasing. Akan tetapi ada beberapa kelemahan yang muncul pada pelaksanaan Total Quality Control yaitu:

1. Terlalu fokus pada kualitas dan tidak memperhatikan isu bisnis yg kritikal lainnya.
2. Implementasi Total Quality Control menciptakan pemahaman bahwa masalah kualitas adalah masalahnya departemen Quality Control, padahal masalah kualitas biasanya berasal dari ketidakmampuan departemen lain dalam perusahaan yg sama .
3. Penekanan umumnya pada standar minimum kualitas produk, bukan pada bagaimana meningkatkan kinerja produk .

Six Sigma dalam pelaksanaannya menunjukkan hal-hal menjadi solusi permasalahan di atas:

1. Menggunakan isu biaya, cycle time dan isu bisnis lainnya sebagai bagian yg harus diperbaiki
2. Six sigma tidak menggunakan ISO 9000 dan Malcolm Baldrige Criteria tetapi fokus pada penggunaan alat untuk mencapai hasil yg terukur .
3. Six sigma memadukan semua tujuan organisasi dalam satu kesatuan. Kualitas hanyalah salah satu tujuan, dan tidak berdiri sendiri atau lepas dari tujuan bisnis lainnya
4. Six sigma menciptakan change agent yg bukan bekerja di Quality Department.

Green Belt adalah para operator yg bekerja pada proyek Six Sigma sambil mengerjakan tugasnya
Faktor Penting dalam Implementasi Six Sigma:

1. Dukungan dari Top level. Six sigma menawarkan pencapaian yg terukur yg tidak akan mampu ditolak oleh pemimpin perusahaan, yang dikerjakan oleh seorang super star yg sangat tahu apa yg harus dilakukan di bidangnya (Black Belt, Project Champion, Executive Champion).
2. Tim yang hebat. Para Executive Champion, Deployment Champions, Project Champions, Master Black Belts, Black Belts, dan Green Belts adalah orang-orang yg terlatih dengan baik untuk mengerjakan proyek Six Sigma.
3. Training yg berbeda dgn yg pernah ada. Anggota proyek Six Sigma adalah mereka yg pernah ditraining secara khusus dengan biaya antara $15,000-$25,000 per Black Belt, yg akan dibayar melalui saving yg didapat dari setiap proyek Six Sigma.
4. Alat ukur yg baru, dengan menggunakan DPMO (Defects Per Million Opportunities) yang berhubungan erat dgn Critical to Quality (CTC) yg diukur berdasarkan persepsi customer, yg bisa dibandingkan antar departemen atau divisi dalam satu perusahaan.
5. Tradisi perusahaan yg baru, yaitu mempromosikan usaha untuk melakukan peningkatan kualitas secara terus menerus.

DMAIC
DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) merupakan tahapan/fase-fase dalam proses six sigma.

Define
Define adalah fase menentukan masalah, menetapkan persyaratan-persyaratan pelanggan, dan membangun tim. fase ini tidak banyak menggunakan statistik, tools statistik yang sering dipakai pada fase ini adalah diagram cause & effect dan diagram pareto. kedua tool statistik tersebut digunakan untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan prioritas masalah.

Menentukan Masalah
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam menentukan masalah adalah
• Spesifik, menjelaskan secara tepat apa yang salah, bagian proses mana yang salah dan apa salahnya.
• Dapat diamati, menjelaskan bukti-bukti nyata suatu masalah. bukti-bukti tersebut dapat diperoleh baik melalui laporan internal maupun umpan balik pelanggan.
• Dapat diukur, menunjukkan lingkup masalah dalam suatu ukuran.
• Dapat dikendalikan, masalah harus dapat diselesaikan dalam rentang waktu tertentu. Apabila masalah terlalu besar maka dapat dipecah-pecah sehingga dapat lebih dikendalikan.

CTQ (Critical to Quality)
Setelah semua varibel yang dipandang penting oleh pelanggan didapatkan dan diberi nilai terukur (varibel terukur tersebut disebut CTQ). dengan kata lain CTQ adalah sebuah karakteristik dari sebuah produk atau jasa yang memenuhi kebutuhan pelanggan (pelanggan internal atau eksternal)

Measure
Measure adalah fase mengukur tingkat kinerja saat ini, sebelum mengukur tingkat kinerja biasanya terlebih dahulu melakukan analisis terhadap sistem pengukuran yang digunakan.

Analisis Sistem Pengukuran
Masalah yang muncul dalam pengukuran adalah variabilitas pengukuran yang dinyatakan dalam variance. varian total suatu pengukuran berasal dari varian yang ditimbulkan produk (part to part) dan varian akibat kesalahan pengukuran (gage).

Analisis Kapabilitas Proses
Kapabilitas suatu proses menggambarkan seberapa uniform proses tersebut. analisis kapablitas proses memperbandingkan kinerja suatu proses dengan spesifikasinya, suatu proses memiliki kapabilitas bila semua nilai variabel yang mungkin jatuh dalam batas spesifikasi.

Analyze
Fase analyze merupakan fasemencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. masalah-masalah yang timbul terkadang sangat kompleks sehingga membuat kita bingung mana yang akan kita selesaikan.


Diagram Pareto
Diagram pareto digunakan untuk memprioritaskan masalah yang harus ditangani dengan aturan pengelompokan 80-20. 20% dari kecacatan akan menyebabkan 80% masalah.

Diagram Cause & Effect
Diagram Cause & Effect digunakan untuk mengorganisasi informasi hasil brainstorming sebab-sebab suatu masalah. diagram ini sering disebut juga dengan diagram fishbone karena bentuknya yang mirip dengan tulang ikan, atau diagram ishikawa untuk menghormati sang penemu.


Uji Hipotesis Rata-rata
Umumnya uji hipotesis rata-rata digunakan untuk menetapkan faktor kausatif (x) dengan cara menginformasikan sumber-sumber variasi. disamping itu juga untuk menunjukan perbedaan yang signifikan antara data baseline dengan data yang diambil setelah improvement dilakukan.

Improve
Improve adalah fase meningkatkan proses(x) dan menghilangkan sebab-sebab cacat. pada fase measure anda telah menetapkan variabelfaktor (x) untuk masing-masing variabel respons(y). pada fase improve banyak melibatkan uji Design of Experiment (DoE). DoE merupakan suatu uji dengan mengubah-ubah variabel faktor sehingga penyebab perubahan pada variabel respon diketahui.

Taguchi
Desain taguchi merupakan desain parameter robust, yaitu metode atau teknik mendesain produk atau proses yang fokus pada minimalisasi variasi dan sensitivitas noise.

Control
Control adalah fase mengendalikan kinerja proses (x) dan menjamin cacat tidak muncul kembali. tool yang umum digunakan adalah diagram kontrol. fungsi umum diagram kontrol adalah sebagai berikut :

•Membantu mengurangi variabilitas
•Memonitor kinerja setiap saat
• Memungkinkan proses koreksi untuk mencegah penolakan




Six Sigma
Definisi
Six Sigma adalah usaha yang terus menerus untuk mengurangi pemborosan, menurunkan variansi dan mencegah cacat. Six sigma merupakan sebuah konsep bisnis yang berusaha untuk menjawab permintaan pelanggan terhadap kualitas yang terbaik dan proses bisnis yang tanpa cacat. Kepuasan pelanggan dan peningkatannya menjadi prioritas tertinggi, dan Six sigma berusaha menghilangkan ketidakpastian pencapaian tujuan bisnis.

Secara harfiah, Six Sigma (6σ) adalah suatu besaran yang bisa kita terjemahkan secara gampang sebagai sebuah proses yang memiliki kemungkinan cacat (defects opportunity) sebanyak 3.4 buah dalam satu juta produk/jasa. Ada banyak kontroversi di sekitar penurunan angka Six Sigma menjadi 3.4 dpmo (defects per million opportunities). Namun bagi kita, yang penting intinya adalah Six Sigma sebagai metrics merupakan sebuah referensi untuk mencapai suatu keadaan yang nyaris bebas cacat. Dalam perkembangannya, 6σ bukan hanya sebuah metrics, namun telah berkembang menjadi sebuah metodologi dan bahkan strategi bisnis.
Untuk lebih mudahnya, Six sigma dapat dijelaskan dalam dua perspektif, yaitu perspektif statistik dan perspektif metodologi.

Perspektif Statistik

Sigma dalam statistik dikenal sebagai standar deviasi yang menyatakan nilai simpangan terhadap nilai tengah. Suatu proses dikatakan baik apabila berjalan pada suatu rentang yang disepakati. rentang tersebut memiliki batas, batas atas atau USL (Upper Specification Limit) dan batas bawah atau LSL (Lower Specification Limit) proses yang terjadi diluar rentang disebut cacat (defect). Proses Six Sigma adalah proses yang hanya menghasilkan 3.4 DPMO (defect permillion opportunity).

Perspektif Metodologi
Six Sigma merupakan pendekatan menyeluruh untuk menyelesaikan masalah dan peningkatan proses melalui fase DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control). DMAIC merupakan jantung analisis six sigma yang menjamin voice of costumer berjalan dalam keseluruhan proses sehingga produk yang dihasilkan memuaskan pelanggan.

• Define adalah fase menentukan masalah, menetapkan persyaratan-persyaratan pelanggan, mengetahui CTQ (Critical to Quality).
• Measure adalah fase mengukur tingkat kecacatan pelanggan (Y).
• Analyze adalah fase menganalisis faktor-faktor penyebab masalah/cacat (X).
• Improve adalah fase meningkatkan proses (X) dan menghilangkan faktor-faktor penyebab cacat.
• Control adalah fase mengontrol kinerja proses (X) dan menjamin cacat tidak muncul.

Menurut Peter Pande,dkk, dalam bukunya The Six Sigma Way: Team Fieldbook, ada enam komponen utama konsep Six Sigma sebagai strategi bisnis 3 :
1. Benar-benar mengutamakan pelanggan: seperti kita sadari bersama, pelanggan bukan hanya berarti pembeli, tapi bisa juga berarti rekan kerja kita, team yang menerima hasil kerja kita, pemerintah, masyarakat umum pengguna jasa, dll.
2. Manajemen yang berdasarkan data dan fakta: bukan berdasarkan opini, atau pendapat tanpa dasar.
3. Fokus pada proses, manajemen dan perbaikan: Six Sigma sangat tergantung kemampuan kita mengerti proses yang dipadu dengan manajemen yang bagus untuk melakukan perbaikan.
4. Manajemen yang proaktif: peran pemimpin dan manajer sangat penting dalam mengarahkan keberhasilan dalam melakukan perubahan.
5. Kolaborasi tanpa batas: kerja sama antar tim yang harus mulus.
6. Selalu mengejar kesempurnaan.

Sejarah
Adalah Carl Frederick Gauss (1777-1885) yang pertama kali memperkenalkan konsep kurva normal dalam bidang statistik. Konsep ini kemudian dikembangkan oleh Walter Shewhart di tahun 1920 yang menjelaskan bahwa 3 sigma dari nilai rata-rata (mean) mengindikasikan perlunya perbaikan dalam sebuah proses.

Pada akhir tahun 1970, Dr. Mikel Harry, seorang insinyur senior pada Motorola's Government Electronics Group (GEG) memulai percobaan untuk melakukan problem solving dengan menggunakan analisa statistik. Dengan menggunakan cara tsb, GEG mulai menunjukkan peningkatan yang dramatis: produk didisain dan diproduksi lebih cepat dgn biaya yg lebih murah. Metoda tsb kemudian ia tuliskan dalam sebuah makalah berjudul "The Strategic Vision for Accelerating Six Sigma Within Motorola". Dr. Mikel Harry kemudian dibantu oleh Richard Schroeder, seorang mantan executive Motorola, menyusun suatu konsep change management yang didasarkan pada data. Hasil dari kerja sama tersebut adalah sebuah alat pengukuran kualitas yg sederhana yg kemudian menjadi filosofi kemajuan bisnis, yg dikenal dengan nama Six Sigma.

ARTI STATISTIK SIX SIGMA

Secara statistik, sigma (∂) menandakan adanya penyimpangan dari suatu data. Sigma juga merupakan suatu ukuran variabilitas yang menandakan bagaimana semua data di suatu distribusi statistik beragam rata-rata nilainya. Distribusi normal mewakili sekumpulan data di dalam bisnis. Ketika data mengikuti suatu distribusi normal, 99.73 persen poin data menunjuk pada ± tiga sigma dari rata-rata (Gambar 1). Misalkan suatu perusahaan menggunakan suatu single-stage (one-step) proses dengan suatu variasi dari rata-rata untuk membuat suatu produk di mana rata-rata nilainya adalah spesifikasi ideal produk itu. Selanjutnya spesifikasi disain itu berada pada wilayah tingkat ± empat sigma variasi dari nilai rata-rata ideal ini. Sekitar 99.9937 persen dari produk berada pada wilayah empat sigma. Hal ini berarti ada 0.0063 persen di luar cakupan itu . Ini menjelaskan bahwa jumlah dari 63 komponen per juta (cacat) yang akan berada di luar cakupan yang ditetapkan itu , kedua-duanya di atas dan di bawah batas spesifikasi. 63 komponen cacat yang diproduksi per juta produk tidak boleh terlalu besar jumlah cacat (meskipun itu bukan nol). Tetapi, sebagai tambahan variasi alami dari suatu proses, telah ditemukan rata-rata nilai itu peka terhadap suatu pergeseran sampa mencapai ± satu dan setengah sigma (Gambar 2). Ketika hal ini terjadi, untuk single stage di atas, 99.379 persen produk berada pada cakupan ± empat sigma.

Aplikasi Six Sigma
a. Pabrik Rokok

Merk Samudera Emas 16 merupakan merk rokok yang paling diminati oleh pelanggan. Dalam memproduksi rokok Samudera Emas pada cigarette maker machine masih banyak terdapat produk cacat yang dihasilkan terutama dari cacat fisik, kecacatan mencapai 10% dari total produksi, sedangkan standar perusahaan hanya 5% dari total produksi . Dengan adanya permasalahan ini maka dibutuhkan suatu penyelesaian perbaikan dengan menggunakan metode perbaikan kualitas yaitu six sigma DMAIC (define, measure, analyze, improve, control) Tahapan DMAIC dimulai dengan pengumpulan data pada define untuk penentuan critical to quality (CTQ). Selanjutnya pembuatan diagram pareto untuk mengetahui critical to quality (CTQ) kunci. Dari tahap define diketahui CTQ kunci adalah cacat lem sigaret.

Selanjutnya diukur level sigma, stabilitas dan kapabilitas proses. Pada tahap analyze digunakan diagram sebab akibat untuk mencari penyebab kegagalan CTQ, kemudian dilakukan analisis kegagalan dengan tool FMEA (failure mode and effect analysis). Pada tahap akhir ditetapkan rencana perbaikan dan pengendalian proses untuk perusahaan. Hasil penelitian pada tahap define diperoleh CTQ kunci cacat lem, pada tahap measure diketahui level sigma sebesar 3.56 sigma. Kondisi proses tersebut kurang stabil apabila dilihat dari nilai Cp dan Cpk. Pada tahap analyze diperoleh hasil bahwa faktor mesin yaitu heater dan nozzle diduga sebagai penyebab paling utama kegagalan. Pada tahap improve dan control diberikan usulan berupa jadwal maintenance dan pembuatan SOP (standard operasionel procedure) maintenance heater dan nozzle.

b. Pabrik Migas

Six sigma diterapkan di Caltex Pcific Indonesia sejak tahun 2000 / 2001. Dengan menerapkan six sigma, CPI bisa saving cost sampai jutaan US$. Saving cost tersebut tidak hanya berupa potential saving, namun merupakan actual saving yang di-verify oleh finance dept-nya CPI yang dihitung berdasarkan cost/bbl setelah melakukan six sigma dengan cost/bbl sebelum melakukan six sigma dalam waktu satu tahun. Dengan melakukan six sigma, maka diharapkan produk yang dihasilkan menjadi lebih baik (better), lebih cepat (faster) dan cost-nya akan menjadi lebih murah (lower cost).
Konsep six sigma sebenarnya adalah dengan me-reduce variance yang menjadi noise (sesuatu yang mengganggu) proses dan melakukan continous improvement.
Six Sigma pada saat ini sudah menjadi tool yang populer untuk quality management diberbagai jenis usaha: manufacturing, financial / services (bank / hotel dll), marketing, healthcare, disamping dunia migas dan bidang lainnya. Masih sedikit pemakai Six Sigma di industri migas Indonesia (Chevron salah satunya), namun sudah cukup banyak di tingkat dunia (umumnya Amerika & Eropa) seperti: Shell, Amerada Hess, ConocoPhilips dll.

Six Sigma dan Lean production menjadi kombinasi metode yang bisa memperbaiki suatu proses menjadi lebih baik dalam segi waktu (proses simplikasi), quality (mengurangi variability) dan availability. Six Sigma akan mengurangi variability sedangkan Lean akan menghilangkan / mengurangi faktor2 yang tidak berguna (waste ~ muda). Slogan-nya: better, faster, lower cost dan safer.

Secara umum ada beberapa faktor sukses penentu:
1. Support dari leadership (sangat bagus bila menjadi corporate culture)
2. Tersedianya tenaga full time (Black belt) untuk memimpin / suatu project yang sedang berjalan.
3. Infrastructure (training, tool / template, data base untuk learning process, CBT computer base training)
Adapted from: Sangpenyampai.blogspot.com

Minggu, 20 Maret 2011

He paid the price for another man’s folly

A mother is devastated, she is howling with pain, yelling all she can in that dark and dingy corner of her four by four kholi. There was nobody to hear her yell and not a soul to pacify her, because outside her shack is a long winding lonely road. There was no existence of mankind for miles and miles ahead. The wind was at rest, the leaves didn’t rustle and no resonance of a barking dog, silence filled the air. Loneliness was already killing her, but no one knows what made her cry?



Losing something you love with all your heart isn’t really the grief you can ever overcome. Radha lost her baby. Her only means to live. She saw her child getting crushed under a car in front of her own eyes. Blood was all over and the accident was terrible. One lonely night, she was walking down the street to get a breath of fresh air with her child cuddled tight in her arms. She walked a long time s till she saw the face of mankind (in the evilest form).



The whole time she walked with her child in her arms the only thing that worried her was Aryans (her son’s) future. What kind of a person will he be? Will he make me proud? How much light is life going to bring in his existence? She was imagining and feeling every day of the Child growth, and what she had in store for him. But who knows what’s in store for us tomorrow, life can change in the splits of a second. Talk about destiny, all those dreams hopes and expectations were snatched away from her in an instant. Her smiles were frowns and her faith just crumbled, like a deal soul in a living, rather breathing body.



This is how it happened…. On that abandoned road, were a few streetlights barely sufficient? There was this one light that was visible from a distance, but as it came closer it got brighter and brighter. That light changed radha’s life into darkness forever. A speeding car came down that road, as if the driver had jammed the accelerator, cutting across the wind. He came at a speed of 110kmph throwing beer bottles out of his half open window. He was definitely drunk, the speed took everything in its path. Just then, there was a loud cry, and silence set in again. The cry of a baby and no sight of a child.



Ironically the mother wasn’t hurt, not a scratch on a body, not a bruise on her arm. She opened her eyes and didn’t see Aryan, her vision was blur. After a few minutes when her sight cleared up she looked all over frantically for her baby, but alas! There was nothing. Just then she noticed something about then feet away it was blood draining into the gutter’s, and pieces of minced flesh, laying there saying so much without saying anything at all. The blood of her baby, the child who hadn’t even seen life,

He paid the price for another man’s folly. The same little child whose future was just being planned.

EAGLES IN A STORMS


Did you know that an eagle knows when a storm is approaching long before it breaks?

The eagle will fly to some high spot and wait for the winds to come. When the storm hits, it sets its wings so that the wind will pick it up and lift it above the storm. While the storm rages below, the eagle is soaring above it.

The eagle does not escape the storm. It simply uses the storm to lift it higher. It rises on the winds that bring the storm.

When the storms of life come upon us - and all of us will experience them - we can rise above them by setting our minds and our belief toward God. The storms do not have to overcome us. We can allow God's power to lift us above them.

God enables us to ride the winds of the storm that bring sickness, tragedy, failure and disappointment in our lives. We can soar above the storm.

Remember, it is not the burdens of life that weigh us down, it is how we handle them.

Sabtu, 19 Maret 2011

BUILDING UR HOUSE

An elderly carpenter was ready to retire. He told his employer-contractor of his plans to leave the house-building business to live a more leisurely life with his wife and enjoy his extended family. He would miss the paycheck each week, but he wanted to retire. They could get by.

The contractor was sorry to see his good worker go & asked if he could build just one more house as a personal favor. The carpenter said yes, but over time it was easy to see that his heart was not in his work. He resorted to shoddy workmanship and used inferior materials. It was an unfortunate way to end a dedicated career.

When the carpenter finished his work, his employer came to inspect the house. Then he handed the front-door key to the carpenter and said, "This is your house... my gift to you."

The carpenter was shocked!

What a shame! If he had only known he was building his own house, he would have done it all so differently.

So it is with us. We build our lives, a day at a time, often putting less than our best into the building. Then, with a shock, we realize we have to live in the house we have built. If we could do it over, we would do it much differently.

But, you cannot go back. You are the carpenter, and every day you hammer a nail, place a board, or erect a wall. Someone once said, "Life is a do-it-yourself project." Your attitude, and the choices you make today, help build the "house" you will live in tomorrow. Therefore, Build wisely!

TWO FROGs

A group of frogs were traveling through the woods, and two of them
fell into a deep pit. When the other frogs saw how deep the pit
was, they told the two frogs that they were as good as dead. The
two frogs ignored the comments and tried to jump up out of the pit
with all their might. The other frogs kept telling them to stop,
that they were as good as dead. Finally, one of the frogs took
heed to what the other frogs were saying and gave up. He fell down
and died.

The other frog continued to jump as hard as he could. Once again,
the crowd of frogs yelled at him to stop the pain and just die. He
jumped even harder and finally made it out. When he got out, the
other frogs said, "Did you not hear us?" The frog explained to
them that he was deaf. He thought they were encouraging him the
entire time.

This story teaches two lessons:

1. There is power of life and death in the tongue. An encouraging
word to someone who is down can lift them up and help them make it
through the day.

2. A destructive word to someone who is down can be what it takes
to kill them.

Be careful of what you say. Speak life to those who cross your
path. The power of words... it is sometimes hard to understand
that an encouraging word can go such a long way. Anyone can speak
words that tend to rob another of the spirit to continue in
difficult times. Special is the individual who will take the time
to encourage another.