Enjoy Your Visit

This just an ordinary page, but sometimes the ordinary may be is the extra ordinary one. So, share your pleasant to be here...

Just like football, we are always focusing in chasing our goal, no matter what will we face, just go forward, go straight reaching our goals, reaching our future. Every step we make, will lead us to our goal gate, and finally we reach our dream.

Jumat, 25 Maret 2011

Demonstrative Strategy In Learning

Latar Belakang
Pendidikan, dalam beragam cara dan bentuknya, selalu bermuara pada satu tujuan umum, yaitu terjadinya proses transfer informasi beserta ilmu pengetahuan. Dunia pendidikan pun melahirkan beragam cara dan upaya, agar proses-proses tersebut di atas belangsung secara efisien dan optimal. Meski demikian, dunia pendidikan tetap saja menghadapi beragam kendala serta problem dalam mencapai tujuan yang diinginkan, dikarenakan bukan saja karena sistem kependidikan itu sendiri menerapkan perangkat-perangkat yang mengharusan sebuah tujuan kependidikan itu tercapai dalam bingkai waktu tertentu (para praktisi pendidikan umumnya menamainya kurikulum), akan tetapi juga dunia kependidikan kita juga diperhadapkan dengan pemukul-rataan cara mendidik terhadap karakter belajar yang -sangat boleh jadi- berbeda, yang tentunya (karena perbedaan ini) melahirkan hasil belajar yang beragam pula. Kedua masalah krusial ini, disadari atau tidak, akan menjadi penghambat dalam usaha mencapai proses pendidikan yang optimal dan efisien tadi.
Dunia kependidikan kita mencoba menyiasatinya dengan menerapkan sesuatu yang kita sebut strategi mengajar. Strategy, dalam berbagai literatur, umumnya berarti siasat, atau rencana yang diterapkan dalam memecahkan masalah dan mencapai tujuan. Demikian pula dengan strategi mengajar. Ia adalah seperangkat tahap tahap mengajar yang dirancang sedemikian rupa (sistematis) untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Ada beragam strategi yang telah dikenal dalam dunia kependidikan kita dewasa ini, terkhusus pada mata pelajaran Bahasa Inggris, dimana strategi-strategi ini sangat memegang peranan dalam menentukan keberhasilan seseorang dalam mengajar. Salah satu strategi yang dapat kita aplikasikan dalam mengajar adalah Demonstrative Strategy. Teori ini diperkenalkan oleh Albert Bandura (1986), seorang pakar social learning, atau observational learning.
Sesuai namanya, strategi ini adalah penggunaan pendekatan demonstratif dalam mengajar. Intinya adalah pemanfaatan observasi dan imitasi (peniruan) dalam proses transfer pengetahuan serta informasi yang berlangsung di kelas. Meski sangat tradisional, namun strategi ini relatif efektif dalam mencapai tujuan pendidikan yang efisien serta optimal.
Tujuan Utama dari Demonstrative Strategy
Secara singkat, tujuan utama yang diharapkan tercapai dari pengaplikasian strategi ini adalah megenalkan pengetahuan dan atau skill (keterampilan) baru terhadap anak didik melalui observasi dan imitasi (peniruan). Strategi ini dapat diaplikasikan di hampir tiap jenis mata pelajaran, olah raga, ilmu sosial, matematika, musik, dan bahasa. Terlebih untuk aspek-aspek Bahasa Inggris seperti writing, spelling, reading comprehension dan lain-lain, materi ini sangat umum dan hampir selalu digunakan, karena untuk materi bahasa kedua semacam Bahasa Inggris, hampir dapat dipastikan bahwa anak didik akan kurang mampu memahami dengan baik jika yang digunakan hanya metode pendidikan biasa. Materi ini juga amat cocok untuk anak didik usia dini.
Prosedur Pengaplikasian Demonstrative Strategy
Adapun prosedur pengaplikasian dari Demonstrative strategy adalah sebagai berikut:
• Scene setting. Ini adalah tahap pertama dari pelaksanaan sebuah strategi mengajar demonstratif. Kelas, situasi maupun kondisinya, harus dibuat sedemikian rupa sehingga memungkinkan strategi ini dilaksanakan. Atau dengan kata lain, pengaturan suasana dan kondisi kelas harus memungkinkan semua siswa atau anak ddik dapat melihat serta mendengarkan dengan baik saat proses demonstratif berlangsung nantinya.Tahap pertama ini juga mungkin berhubungan dengan apa yang sudah diajarkan pada anak didik sebelumnya, serta mungkin dijadikan alat untuk menarik minat dan rasa tertarik mereka.
• Explaining dan demonstrating materi. Pada segmen ini, yang membawakan strategi ini harus: (1) Terlihat segar dan antusias; (2) Menjelaskan serta mendemonstraskan tiap step yang diajarkan dengan jelas; (3) Sesering mungkin memeriksa, sejauh mana tingkat pemahaman, serta keseragaman pemahaman siswa atas apa yang telah dijelaskannya, melalui metode feed-back dan key teaching point; dan (4) Memastikan bahwa semua siswa atau anak didik dapat melihat dengan jelas dan mendengarkan serta, jika memungkinkan melibatkan mereka dalam proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.
• Practising under teacher feed-back. Dalam sesi ini, di bawah pengawasan guru, para siswa atau anak didik kemudian diajak untuk mempraktekkan sendiri kemampuan atau content (pengetahuan) baru itu. Guru harus memeriksa, membimbing, dan menemani, serta membantu para anak didik selama proses ini berlangsung. Sedapat mungkin, kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam kelas selama proses ini berlangsung harus dikoreksi guru, jika perlu dengan pengulangan proses explaining dan demonstrating seperti sebelumnya.
• Reviewing. Setelah semua prosedur di atas terlaksana, maka yang terakhir dilakukan adalah me-review apa yang telah diajarkan pada anak didik. Jika memungkinkan, persentuhkan apa yang baru saja mereka pelajari itu kepada hal-hal dalam situasi real-life. Pengembangan konteks materi atau skill yang baru saja dipelajari itu kepada konteks dengan skala lebih besar mungkin saja dilakukan.
Landasan Teori
Materi ini jika dianalisis sebenarnya berangkat dari teori Social Cognitive, yang penekanannya terhadap makna proses internal, mental manusia. Karena belajar sesungguhnya adalah sebuah proses mental, dan bukan behavioral, hingga terjadinya proses transformasi pengetahuan dari seseorang dengan orang lain. Dan teori kognitif menyatakan peristiwa “belajar” sebagai peristiwa berpindahnya ilmu pengetahuan dari seseorang ke orang lain melaui proses mengamati dan melihat orang lain. Sepintas, yang nampak adalah proses jasmaniah, seperti writing, reading, pronouncing, tapi bagaimana seseorang dapat melakukkan hal yang ‘sama’ dengan yang sebelumnya dilihatnya dilakukan orang lain, itu adalah akibat dari proses psikologis yang menyebabkan seseorang mampu melakukan semua itu.
Prinsip Dasar
Beberapa prinsip dasar yang harus dijadikan pedoman oleh guru dalam pengaplikasian strategi demonstratif di kelas adalah:
• Aktifitas belajar harus sedapat mungkin mampu mengakomodir ragam usia, kapabilitas, ketertarikan, dan kebutuhan siswa
• Materi yang diajarkan harus benar-benar terjelaskan scara clear, tahap-tahap yang mudah dimengerti, beserta istilah istilah yang tak rumit
• Demonstrasi dalam beragam cara sebaiknya dilakukan jika memungkinkan
• Pastikan semua anak didik dapat memperhatikan subjek demonstrasi (guru) dengan jelas, serta dapat mendengarkan penjelasan dengan baik
• Sedapat mungkin libatkan mereka selama proses berlangsung, jangan jadikan mereka sekedar ‘penonton’, penerlibatan (involvement) sangat mempercepat pemahaman anak didik terhadap materi yang diajarkan.
Keunggulan dan Kekurangan Demonstrative Strategy
Strategi demonstratif sangat unggul karena sifatnya yang fleksibel, dapat digunakan di hampir semua jenis mata pelajaran, seperti olah raga, ilmu sosial, matematika, musik, dan bahasa. Terlebih untuk aspek-aspek Bahasa Inggris seperti writing, spelling, reading comprehension dan lain-lain, materi ini sangat umum dan hampir selalu digunakan, karena metode demonstratif adalah metode umum dan umumnya digunakan dalam mengajar.
Yang menjadi kendala adalah bahwa karena sifatnya yang amat terencana serta monoton, strategi ini cenderung menutup mata terhadap potensi belajar kreatif yang dimiliki oleh anak didik. Jika pengaplikasiannya berlangsung ditangan seorang guru yang kurang kreatif dalam membawakan suatu materi, maka pelajaran akan merlangsung membosankan dan monoton. Untuk mengcover ini, guru harus mampu kreatif dalam membawakan materi-materi seperti ini, agar anak didik tak merasa bosan di dalam kelas, serta mengikuti materi yang sedang berlangsung dengan antusias.

Rencana Pembelajaran
Berikut contoh rencana pembelajaran yang mungkin dilkakukan dengan pendekatan demonstratif:
Rencana Pembelajaran
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Kelas : 3 SMU
Topik : Memperkenalkan perbedaan penempatan stressing dalam pronounciation antara verb dan noun.
Media : Audiotape dan textbook disertai tape casette (optional)
Waktu : 09.00-19.50 (50 menit)
Tujuan Pembelajaran : Siswa mampu mengucapkan (pronoun) kata-kata Bahasa Inggris, dan menempatkan stressing dengan benar.
Siswa mampu membedakan penempatan stressing antara verb dan noun.
Persiapan : Guru menanyakan kata-kata dalam Bahasa
Inggris yang dapat berfungsi sebagai verb, tapi juga dapat berfungsi sebagai noun, seperti support, research, dan lain-lain.
Prosedur : Guru mendemonstrasikan penempatan stressing dengan menggunakan media audiotape terlebih dahulu.
Selanjutnya, guru mengulanginya dengan mengucapkan sendiri kata-kata dalam tape tadi, dan meminta beberapa orang siswa (yang dinilai mahir) mengikutinya.
Guru lalu meminta siswa mengucapkan sendiri kata-kata yang disebutkan dalam audiotape. (jika siswa merasa kesulitan, guru dapat memutarkan kembali audiotape, kemudian meminta mereka menyimaknya. Proses ini dapat terjadi berulang kali tergantung kebutuhan dan alokasi waktu.
Kegiatan akhir : Guru meminta siswa untuk membuat percakapan yang memuat kata-kata yang dapat berfungsi sebagai verb juga noun.
Penutup : Guru menutup materi, dan memberi tugas kepada siswa untuk menuliskan 10 kata Bahasa Inggris yang berfungsi baik verb ataupun noun.

Metode Demonstrasi
Demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya seka¬dar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan un¬tuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
1. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi
Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi memiliki beberapa ke¬lebihan, di antaranya:
1. Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dije¬laskan.
2. Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
3. Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempat¬an untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran.
Di samping beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki be¬berapa kelemahan, di antarannya:
1. Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tan-pa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menye¬babkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk mengha¬silkan pertunjukan suatu proses tertentu, guru harus beberapa kali menco¬banya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan waktu yang banyak.
2. Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang mema¬dai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.
3. Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Di samping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.
2. Langkah-langkah Menggunakan Metode Demonstrasi
a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan:
1. Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses de¬monstrasi berakhir.
2. Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dila¬kukan.
3. Lakukan uji coba demonstrasi.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Langkah pembukaan.
Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperha¬tikan, di antaranya:
1. Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat mem¬perhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.
2. Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.
3. Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa, misal¬nya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi.
2) Langkah pelaksanaan demonstrasi.
1. Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang sis- wa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaanpertanyaan yang me¬ngandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memper¬hatikan demonstrasi.
2. Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan.
3. Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa.
4. Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.
3) Langkah mengakhiri demonstrasi.
Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu di¬akhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demons¬trasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses de¬monstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar