Enjoy Your Visit

This just an ordinary page, but sometimes the ordinary may be is the extra ordinary one. So, share your pleasant to be here...

Just like football, we are always focusing in chasing our goal, no matter what will we face, just go forward, go straight reaching our goals, reaching our future. Every step we make, will lead us to our goal gate, and finally we reach our dream.

Jumat, 25 Maret 2011

SIX SIGMA

Six Sigma VS TQM
Perbedaan Six Sigma dan Total Quality Management (TQM)
Thomas Pyzdek, seorang konsultan implementasi Six Sigma dan penyusun buku "The Six Sigma Handbook", pada bulan Februari 2001, menjelaskan adanya perbedaan penting antara Six Sigma dan TQM yaitu, TQM hanya memberikan petunjuk secara umum (sesuai dengan istilah manajemen yg digunakan dalam TQM). Petunjuk untuk TQM begitu umumnya sehingga hanya seorang pemimpin bisnis yg berbakat yg mampu menterjemahkan TQM dalam operasional sehari-hari. Secara singkat, TQM hanya memberikan petunjuk filosofis tentang menjaga dan meningkatkan kualitas, tetapi sukar untuk membuktikan keberhasilan pencapaian peningkatan kualitas.

Kemudian konsep Total Quality Control, di tahun 1950, menunjukkan bahwa kualitas produk bisa ditingkatkan dengan cara memperpanjang jangkauan standar kualitas ke arah hulu, yaitu di area engineering dan purchasing. Akan tetapi ada beberapa kelemahan yang muncul pada pelaksanaan Total Quality Control yaitu:

1. Terlalu fokus pada kualitas dan tidak memperhatikan isu bisnis yg kritikal lainnya.
2. Implementasi Total Quality Control menciptakan pemahaman bahwa masalah kualitas adalah masalahnya departemen Quality Control, padahal masalah kualitas biasanya berasal dari ketidakmampuan departemen lain dalam perusahaan yg sama .
3. Penekanan umumnya pada standar minimum kualitas produk, bukan pada bagaimana meningkatkan kinerja produk .

Six Sigma dalam pelaksanaannya menunjukkan hal-hal menjadi solusi permasalahan di atas:

1. Menggunakan isu biaya, cycle time dan isu bisnis lainnya sebagai bagian yg harus diperbaiki
2. Six sigma tidak menggunakan ISO 9000 dan Malcolm Baldrige Criteria tetapi fokus pada penggunaan alat untuk mencapai hasil yg terukur .
3. Six sigma memadukan semua tujuan organisasi dalam satu kesatuan. Kualitas hanyalah salah satu tujuan, dan tidak berdiri sendiri atau lepas dari tujuan bisnis lainnya
4. Six sigma menciptakan change agent yg bukan bekerja di Quality Department.

Green Belt adalah para operator yg bekerja pada proyek Six Sigma sambil mengerjakan tugasnya
Faktor Penting dalam Implementasi Six Sigma:

1. Dukungan dari Top level. Six sigma menawarkan pencapaian yg terukur yg tidak akan mampu ditolak oleh pemimpin perusahaan, yang dikerjakan oleh seorang super star yg sangat tahu apa yg harus dilakukan di bidangnya (Black Belt, Project Champion, Executive Champion).
2. Tim yang hebat. Para Executive Champion, Deployment Champions, Project Champions, Master Black Belts, Black Belts, dan Green Belts adalah orang-orang yg terlatih dengan baik untuk mengerjakan proyek Six Sigma.
3. Training yg berbeda dgn yg pernah ada. Anggota proyek Six Sigma adalah mereka yg pernah ditraining secara khusus dengan biaya antara $15,000-$25,000 per Black Belt, yg akan dibayar melalui saving yg didapat dari setiap proyek Six Sigma.
4. Alat ukur yg baru, dengan menggunakan DPMO (Defects Per Million Opportunities) yang berhubungan erat dgn Critical to Quality (CTC) yg diukur berdasarkan persepsi customer, yg bisa dibandingkan antar departemen atau divisi dalam satu perusahaan.
5. Tradisi perusahaan yg baru, yaitu mempromosikan usaha untuk melakukan peningkatan kualitas secara terus menerus.

DMAIC
DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) merupakan tahapan/fase-fase dalam proses six sigma.

Define
Define adalah fase menentukan masalah, menetapkan persyaratan-persyaratan pelanggan, dan membangun tim. fase ini tidak banyak menggunakan statistik, tools statistik yang sering dipakai pada fase ini adalah diagram cause & effect dan diagram pareto. kedua tool statistik tersebut digunakan untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan prioritas masalah.

Menentukan Masalah
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam menentukan masalah adalah
• Spesifik, menjelaskan secara tepat apa yang salah, bagian proses mana yang salah dan apa salahnya.
• Dapat diamati, menjelaskan bukti-bukti nyata suatu masalah. bukti-bukti tersebut dapat diperoleh baik melalui laporan internal maupun umpan balik pelanggan.
• Dapat diukur, menunjukkan lingkup masalah dalam suatu ukuran.
• Dapat dikendalikan, masalah harus dapat diselesaikan dalam rentang waktu tertentu. Apabila masalah terlalu besar maka dapat dipecah-pecah sehingga dapat lebih dikendalikan.

CTQ (Critical to Quality)
Setelah semua varibel yang dipandang penting oleh pelanggan didapatkan dan diberi nilai terukur (varibel terukur tersebut disebut CTQ). dengan kata lain CTQ adalah sebuah karakteristik dari sebuah produk atau jasa yang memenuhi kebutuhan pelanggan (pelanggan internal atau eksternal)

Measure
Measure adalah fase mengukur tingkat kinerja saat ini, sebelum mengukur tingkat kinerja biasanya terlebih dahulu melakukan analisis terhadap sistem pengukuran yang digunakan.

Analisis Sistem Pengukuran
Masalah yang muncul dalam pengukuran adalah variabilitas pengukuran yang dinyatakan dalam variance. varian total suatu pengukuran berasal dari varian yang ditimbulkan produk (part to part) dan varian akibat kesalahan pengukuran (gage).

Analisis Kapabilitas Proses
Kapabilitas suatu proses menggambarkan seberapa uniform proses tersebut. analisis kapablitas proses memperbandingkan kinerja suatu proses dengan spesifikasinya, suatu proses memiliki kapabilitas bila semua nilai variabel yang mungkin jatuh dalam batas spesifikasi.

Analyze
Fase analyze merupakan fasemencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. masalah-masalah yang timbul terkadang sangat kompleks sehingga membuat kita bingung mana yang akan kita selesaikan.


Diagram Pareto
Diagram pareto digunakan untuk memprioritaskan masalah yang harus ditangani dengan aturan pengelompokan 80-20. 20% dari kecacatan akan menyebabkan 80% masalah.

Diagram Cause & Effect
Diagram Cause & Effect digunakan untuk mengorganisasi informasi hasil brainstorming sebab-sebab suatu masalah. diagram ini sering disebut juga dengan diagram fishbone karena bentuknya yang mirip dengan tulang ikan, atau diagram ishikawa untuk menghormati sang penemu.


Uji Hipotesis Rata-rata
Umumnya uji hipotesis rata-rata digunakan untuk menetapkan faktor kausatif (x) dengan cara menginformasikan sumber-sumber variasi. disamping itu juga untuk menunjukan perbedaan yang signifikan antara data baseline dengan data yang diambil setelah improvement dilakukan.

Improve
Improve adalah fase meningkatkan proses(x) dan menghilangkan sebab-sebab cacat. pada fase measure anda telah menetapkan variabelfaktor (x) untuk masing-masing variabel respons(y). pada fase improve banyak melibatkan uji Design of Experiment (DoE). DoE merupakan suatu uji dengan mengubah-ubah variabel faktor sehingga penyebab perubahan pada variabel respon diketahui.

Taguchi
Desain taguchi merupakan desain parameter robust, yaitu metode atau teknik mendesain produk atau proses yang fokus pada minimalisasi variasi dan sensitivitas noise.

Control
Control adalah fase mengendalikan kinerja proses (x) dan menjamin cacat tidak muncul kembali. tool yang umum digunakan adalah diagram kontrol. fungsi umum diagram kontrol adalah sebagai berikut :

•Membantu mengurangi variabilitas
•Memonitor kinerja setiap saat
• Memungkinkan proses koreksi untuk mencegah penolakan




Six Sigma
Definisi
Six Sigma adalah usaha yang terus menerus untuk mengurangi pemborosan, menurunkan variansi dan mencegah cacat. Six sigma merupakan sebuah konsep bisnis yang berusaha untuk menjawab permintaan pelanggan terhadap kualitas yang terbaik dan proses bisnis yang tanpa cacat. Kepuasan pelanggan dan peningkatannya menjadi prioritas tertinggi, dan Six sigma berusaha menghilangkan ketidakpastian pencapaian tujuan bisnis.

Secara harfiah, Six Sigma (6σ) adalah suatu besaran yang bisa kita terjemahkan secara gampang sebagai sebuah proses yang memiliki kemungkinan cacat (defects opportunity) sebanyak 3.4 buah dalam satu juta produk/jasa. Ada banyak kontroversi di sekitar penurunan angka Six Sigma menjadi 3.4 dpmo (defects per million opportunities). Namun bagi kita, yang penting intinya adalah Six Sigma sebagai metrics merupakan sebuah referensi untuk mencapai suatu keadaan yang nyaris bebas cacat. Dalam perkembangannya, 6σ bukan hanya sebuah metrics, namun telah berkembang menjadi sebuah metodologi dan bahkan strategi bisnis.
Untuk lebih mudahnya, Six sigma dapat dijelaskan dalam dua perspektif, yaitu perspektif statistik dan perspektif metodologi.

Perspektif Statistik

Sigma dalam statistik dikenal sebagai standar deviasi yang menyatakan nilai simpangan terhadap nilai tengah. Suatu proses dikatakan baik apabila berjalan pada suatu rentang yang disepakati. rentang tersebut memiliki batas, batas atas atau USL (Upper Specification Limit) dan batas bawah atau LSL (Lower Specification Limit) proses yang terjadi diluar rentang disebut cacat (defect). Proses Six Sigma adalah proses yang hanya menghasilkan 3.4 DPMO (defect permillion opportunity).

Perspektif Metodologi
Six Sigma merupakan pendekatan menyeluruh untuk menyelesaikan masalah dan peningkatan proses melalui fase DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control). DMAIC merupakan jantung analisis six sigma yang menjamin voice of costumer berjalan dalam keseluruhan proses sehingga produk yang dihasilkan memuaskan pelanggan.

• Define adalah fase menentukan masalah, menetapkan persyaratan-persyaratan pelanggan, mengetahui CTQ (Critical to Quality).
• Measure adalah fase mengukur tingkat kecacatan pelanggan (Y).
• Analyze adalah fase menganalisis faktor-faktor penyebab masalah/cacat (X).
• Improve adalah fase meningkatkan proses (X) dan menghilangkan faktor-faktor penyebab cacat.
• Control adalah fase mengontrol kinerja proses (X) dan menjamin cacat tidak muncul.

Menurut Peter Pande,dkk, dalam bukunya The Six Sigma Way: Team Fieldbook, ada enam komponen utama konsep Six Sigma sebagai strategi bisnis 3 :
1. Benar-benar mengutamakan pelanggan: seperti kita sadari bersama, pelanggan bukan hanya berarti pembeli, tapi bisa juga berarti rekan kerja kita, team yang menerima hasil kerja kita, pemerintah, masyarakat umum pengguna jasa, dll.
2. Manajemen yang berdasarkan data dan fakta: bukan berdasarkan opini, atau pendapat tanpa dasar.
3. Fokus pada proses, manajemen dan perbaikan: Six Sigma sangat tergantung kemampuan kita mengerti proses yang dipadu dengan manajemen yang bagus untuk melakukan perbaikan.
4. Manajemen yang proaktif: peran pemimpin dan manajer sangat penting dalam mengarahkan keberhasilan dalam melakukan perubahan.
5. Kolaborasi tanpa batas: kerja sama antar tim yang harus mulus.
6. Selalu mengejar kesempurnaan.

Sejarah
Adalah Carl Frederick Gauss (1777-1885) yang pertama kali memperkenalkan konsep kurva normal dalam bidang statistik. Konsep ini kemudian dikembangkan oleh Walter Shewhart di tahun 1920 yang menjelaskan bahwa 3 sigma dari nilai rata-rata (mean) mengindikasikan perlunya perbaikan dalam sebuah proses.

Pada akhir tahun 1970, Dr. Mikel Harry, seorang insinyur senior pada Motorola's Government Electronics Group (GEG) memulai percobaan untuk melakukan problem solving dengan menggunakan analisa statistik. Dengan menggunakan cara tsb, GEG mulai menunjukkan peningkatan yang dramatis: produk didisain dan diproduksi lebih cepat dgn biaya yg lebih murah. Metoda tsb kemudian ia tuliskan dalam sebuah makalah berjudul "The Strategic Vision for Accelerating Six Sigma Within Motorola". Dr. Mikel Harry kemudian dibantu oleh Richard Schroeder, seorang mantan executive Motorola, menyusun suatu konsep change management yang didasarkan pada data. Hasil dari kerja sama tersebut adalah sebuah alat pengukuran kualitas yg sederhana yg kemudian menjadi filosofi kemajuan bisnis, yg dikenal dengan nama Six Sigma.

ARTI STATISTIK SIX SIGMA

Secara statistik, sigma (∂) menandakan adanya penyimpangan dari suatu data. Sigma juga merupakan suatu ukuran variabilitas yang menandakan bagaimana semua data di suatu distribusi statistik beragam rata-rata nilainya. Distribusi normal mewakili sekumpulan data di dalam bisnis. Ketika data mengikuti suatu distribusi normal, 99.73 persen poin data menunjuk pada ± tiga sigma dari rata-rata (Gambar 1). Misalkan suatu perusahaan menggunakan suatu single-stage (one-step) proses dengan suatu variasi dari rata-rata untuk membuat suatu produk di mana rata-rata nilainya adalah spesifikasi ideal produk itu. Selanjutnya spesifikasi disain itu berada pada wilayah tingkat ± empat sigma variasi dari nilai rata-rata ideal ini. Sekitar 99.9937 persen dari produk berada pada wilayah empat sigma. Hal ini berarti ada 0.0063 persen di luar cakupan itu . Ini menjelaskan bahwa jumlah dari 63 komponen per juta (cacat) yang akan berada di luar cakupan yang ditetapkan itu , kedua-duanya di atas dan di bawah batas spesifikasi. 63 komponen cacat yang diproduksi per juta produk tidak boleh terlalu besar jumlah cacat (meskipun itu bukan nol). Tetapi, sebagai tambahan variasi alami dari suatu proses, telah ditemukan rata-rata nilai itu peka terhadap suatu pergeseran sampa mencapai ± satu dan setengah sigma (Gambar 2). Ketika hal ini terjadi, untuk single stage di atas, 99.379 persen produk berada pada cakupan ± empat sigma.

Aplikasi Six Sigma
a. Pabrik Rokok

Merk Samudera Emas 16 merupakan merk rokok yang paling diminati oleh pelanggan. Dalam memproduksi rokok Samudera Emas pada cigarette maker machine masih banyak terdapat produk cacat yang dihasilkan terutama dari cacat fisik, kecacatan mencapai 10% dari total produksi, sedangkan standar perusahaan hanya 5% dari total produksi . Dengan adanya permasalahan ini maka dibutuhkan suatu penyelesaian perbaikan dengan menggunakan metode perbaikan kualitas yaitu six sigma DMAIC (define, measure, analyze, improve, control) Tahapan DMAIC dimulai dengan pengumpulan data pada define untuk penentuan critical to quality (CTQ). Selanjutnya pembuatan diagram pareto untuk mengetahui critical to quality (CTQ) kunci. Dari tahap define diketahui CTQ kunci adalah cacat lem sigaret.

Selanjutnya diukur level sigma, stabilitas dan kapabilitas proses. Pada tahap analyze digunakan diagram sebab akibat untuk mencari penyebab kegagalan CTQ, kemudian dilakukan analisis kegagalan dengan tool FMEA (failure mode and effect analysis). Pada tahap akhir ditetapkan rencana perbaikan dan pengendalian proses untuk perusahaan. Hasil penelitian pada tahap define diperoleh CTQ kunci cacat lem, pada tahap measure diketahui level sigma sebesar 3.56 sigma. Kondisi proses tersebut kurang stabil apabila dilihat dari nilai Cp dan Cpk. Pada tahap analyze diperoleh hasil bahwa faktor mesin yaitu heater dan nozzle diduga sebagai penyebab paling utama kegagalan. Pada tahap improve dan control diberikan usulan berupa jadwal maintenance dan pembuatan SOP (standard operasionel procedure) maintenance heater dan nozzle.

b. Pabrik Migas

Six sigma diterapkan di Caltex Pcific Indonesia sejak tahun 2000 / 2001. Dengan menerapkan six sigma, CPI bisa saving cost sampai jutaan US$. Saving cost tersebut tidak hanya berupa potential saving, namun merupakan actual saving yang di-verify oleh finance dept-nya CPI yang dihitung berdasarkan cost/bbl setelah melakukan six sigma dengan cost/bbl sebelum melakukan six sigma dalam waktu satu tahun. Dengan melakukan six sigma, maka diharapkan produk yang dihasilkan menjadi lebih baik (better), lebih cepat (faster) dan cost-nya akan menjadi lebih murah (lower cost).
Konsep six sigma sebenarnya adalah dengan me-reduce variance yang menjadi noise (sesuatu yang mengganggu) proses dan melakukan continous improvement.
Six Sigma pada saat ini sudah menjadi tool yang populer untuk quality management diberbagai jenis usaha: manufacturing, financial / services (bank / hotel dll), marketing, healthcare, disamping dunia migas dan bidang lainnya. Masih sedikit pemakai Six Sigma di industri migas Indonesia (Chevron salah satunya), namun sudah cukup banyak di tingkat dunia (umumnya Amerika & Eropa) seperti: Shell, Amerada Hess, ConocoPhilips dll.

Six Sigma dan Lean production menjadi kombinasi metode yang bisa memperbaiki suatu proses menjadi lebih baik dalam segi waktu (proses simplikasi), quality (mengurangi variability) dan availability. Six Sigma akan mengurangi variability sedangkan Lean akan menghilangkan / mengurangi faktor2 yang tidak berguna (waste ~ muda). Slogan-nya: better, faster, lower cost dan safer.

Secara umum ada beberapa faktor sukses penentu:
1. Support dari leadership (sangat bagus bila menjadi corporate culture)
2. Tersedianya tenaga full time (Black belt) untuk memimpin / suatu project yang sedang berjalan.
3. Infrastructure (training, tool / template, data base untuk learning process, CBT computer base training)
Adapted from: Sangpenyampai.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar